Gunawan Wibisono
Minggu, 29 Januari 2012
cerpen
cerpen
assalamualaikum blogger. apa kbr nih semoga masih dalam limpahan rahmat allah yang bgt besar ya. oh iya, ane mau posting nih. cerpe ene selanjutnya. cerita ini berdasarkan ide dari saudara saya. akhina irsyad. yan memutuskan untuk memeluk islam. meskipun banyak hal yang saya tambah demi kesempurnaan cerpen ini. tinggalkan kmentar yah....
Islam. Allahu akbar
Mimpi itu telah dua kali menghampiriku. Hingga aku merasa aku mendapatkan sesuatu yang berbeda padaku. Kali ini. Yah, jelas kali ini. Ia memberikan sinyal yang cukup kuat untukku. Apa kau tahu sinyal apa itu. Bagiku, ini adalah sinyal surga yang selalu kurindukan. Selama ini, hakikat Tuhan memang tidak pernah ada di benakku. Aku bukanlah seorang muslim. Melainkan aku adalah salah satu orang yang berada diluar garis agama tersebut. Aku juga bukan atheis yang sama sekali tidak mempercayai adanya Tuhan. Tapi, satu yang kuingat dari kisah yang ada di hatiku. Yaitu, aku selalu bermimpi-bahkan telah dua kali memimpikan hal tersebut. Aku bermimpi aku sedang melakukan shalat. Yah, shalat yang selalu dilakukan oleh orang-orang Islam. Yang selalu ku klaim dengan kegiatan yang tidak berguna. Bagaimana tidak aku berpikir seperti itu. Bagiku, mereka yang melakukan shalat adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan yang hanya bisa memohon kepada Tuhan. Istilah doa, hanya kupakai saat manusia berada dalam kesulitan. Bukan setiap saat harus berdoa. Dan, aku merasa tidak perlu melakukan hal tersebut.
Pemikiranku memang tidak semata-mata benar adanya. Aku bermimpi dalam shalatku tersebut, aku memohon kepada Tuhan atas segala macam keluh kesahku. Termasuk dosa-dosaku yang telah lalu. Dimataku, terbayang semua dosa yang pernah kubuat. Entah itu tentang orang tuaku yang kini sudah tiada lagi, tentang hancurnya kehidupanku dan hal-hal buruk di masa lalu. Sungguh, aku memohon ampun kepada “Allah”-Tuhan dengan kata yang sempurna. Kalau aku mengatakan secara langsung, aku tak dapat sempurna mengatakan hal itu. Tapi, dalam mimpi tersebut, aku sangat mudah mengatakan kata Allah dalam setiap pengampunan diriku.
Jelas, aku tidak ingin memperpanjang keadaan ini. Aku pikir, ini adalah bunga tidur yang sering menghampiri banyak orang. Mimpi adalah hal biasa sebagai manusia. Mungkin saja karena aku terlalu lelah dengan kehidupan ini. Bahkan, aku merasa aku bosan dengan hidupku yang hanya seperti-seperti ini saja. Menjadi orang yang tak memiliki tujuan hidup. Hedonis dan menganggap dunia adalah segalanya.
Aku terus berjalan pelan hingga tepat berada di sebuah taman. Lalu, tiba-tiba aku berpikir tentang taman tersebut. Sangat indah sekali. bunga-bunga bermekaran diiringi udara yang sejuk. Aku yang seorang mahasiswa agroteknologi di salah satu kampus PTN di kotaku selama ini tidak pernah memikirkan hal ini. Bahkan tentang keadaan tanah yang kupijak saat ini. Tentang struktur tanah yang tersusun dari zat-zat yang luar biasa. Ataupun mungkin tentang tubuhku sendiri. lima jari tangan yang kupunya yang jika aku mekarkan akan membentuk susunan sebuah lambang yang membuat hatiku bergetar. Ya, asma yang telah kusebut dalam mimpiku. Allah. Ibu jari yang menjadi huruf pertama dan kelingking yang menjadi penghubung terakhir. Ini benar-benar membuatku terkejut.
Kulirik keadaan siang yang begitu terik ini. Amat terik menurutku. Bagaimana tidak, Indonesia adalah negara tropis yang hanya memiliki dua musim. Kalau tidak musim panas pastinya musim hujan. Dan, kali ini musim panas yang kurasakan. Aku yang terbiasa duduk diruangan ber-AC harus merasakan panasnya udara kali ini. Hitung-hitung merasakan udara yang amat jarang kurasakan ini. Namun, tiba-tiba suaraku mendengar suara yang sangat tidak asing lagi tentunya buatku. Suara melengking yang lima kali bergema dalam sehari. Suara itu seakan menarik perhatianku sejenak. itu selalu kurasakan. Rasanya, diudara yang panas ini, suara itu ibarat oasis penyejuk hati. Penghilang dahaga. Sungguh luar biasa suara itu untukku. Hingga akupun terlarut dalam suara yang indah dilantunkan dari salah satu mesjid yang tak jauh dari taman ini.
Aku ingin melangkah mendekati suara itu. Sama seperti yang dilakukan oleh orang muslim lainnya yaitu mengambil air wudhu sebelum melaksanakan shalat. pastilah amat segar bila aku juga mengambilnya. Yah, aku pikir, sekedar mengambil air wudhu walaupun aku tidak tahu cara yang benar, aku yakin mereka pasti tidak akan tahu kalau aku seorang muslim atau bukan. Yang ada dibenaku hanyalah menyegarkan tubuhku setelah merasakan panasnya matahari yang membakar tubuhku.
Maka, dengan keyakinan yang kuat, akupun melangkah menuju salah satu mesjid yang tak jauh dari taman yang sedang aku datangi ini. Sekedar menyegarkan tubuhku saja. Dengan membuka sepatu, akupun mencari kamar mandi dan mengambil air tersebut. Disana ada salah seorang yang sedang mengambil air wudhu. Aku berpura-pura tidak melihatnya, melainkan aku mencuri-curi pandang bagaimana mereka menyegarkan tubuhnya dengan air wudhu tersebut. Pertama yang kulihat adalah mereka membasuh kedua tangannya, setelah itu berkumur-kumur, membersihkan hidung, membasuh wajah mereka, menyiram siku mereka, lalu keubun-ubun, telinga dan yang terakhir adalah kaki. Dan, dari semua kegiatan itu yang aku amati semuanya berbilangan ganjil yaitu tiga. Dari mulai tangan, mereka membasuhnya tiga kali, kumur-kumur dan sampai mencuci kaki sebanyak tiga kali.
“Aku akan mencobanya. Benarkah ini bisa menyegarkan keseluruhan tubuhku.”. Ucapku dalam hati. Sambil mempraktekkan cara-cara yang kuingat. Dimulai dari tiga kali membasuh tangan, berkumur-kumur, membersihkan hidung, membasuh wajahku dan cara selanjutnya. Dan, bena, semua itu membuatku tampak begitu segar dan rileks. Aku benar-benar terkesima dengan cara ini.
“Ayo nak, sudah dimulai shalatnya” Ajak salah seorang yang baru saja masuk ke kamar mandi.
Aku bingung. Apakah aku harus ikut shalat dengannya. Atau aku mencari cara lain untukn kabur. Aku benar-benar tidak tahu.
“Ya pak” Kataku mengiyakan sambil membawa perasaan was-wasku. Bagaimanapun, aku bukanlah seorang muslim. Kalau bisa dibilang, ini adalah masa penjajakanku sebelum aku memutuskan menjadi seorang muslim.
Begitu kulihat bapak tersebut masuk kedalam kamar mandi, akupun segera mengambil sepatuku dan berlari kabur. Membawa air wudhu yang menyegarkan ini. Mungkin, ini bukanlah air wudhu yang sebenarnya, karena semuanya pasti ada doanya. Dan, air wudhu yang aku ambil ini bukanlah air wudhu yang mengandung doa. Tapi, ini cukup mengesankan buatku.
***
Malam-malam berikutnya aku kembali mengalami mimpi yang sama. Aku kembali melakukan shalat. rasanya, setelah aku mengambil air wudhu, aku ikut shalat di sebuah mesjid yang megah. Bertuliskan kaligrafi yang amat indah. Mengerjakan shalat disana, sekaligus mendapat pencerahan. Memandangi bulan dan bintang yang indah serta cahaya malam dari sebuah kilatan cahaya yang membentuk kata “Allah” dalam tulisan arab. Jelas ini membuatku harus berpikir kembali. Bahwa mimpiku selama ini bukanlah main-main adanya. Mungkin, ini adalah hidayah yang sering dikatakan orang.
Aku tak bisa tidur lagi setelah bermimpi hal tersebut. Semua rasa kantukku hilang setelah aku merenung akan mimpi tersebut. Dan, apa kau tahu rasanya??. Rasanya, aku ingin segera mengatakan bahwa aku meyakini Allah sebagai Tuhanku. Maka, dipagi yang begitu buta ini, aku memutuskan untuk pergi ke sebuah mesjid. Menemui salah satu ulama yang bisa menjadikanku seorang muslim.
Aku menunggu di dalam mobilku sampai jamaah shalat shubuh tersebut selesai. Maka, begitu para jamaah pulang, aku segera turun dari mobilku dan menemui salah seorang jamaah yang aku yakin bahwa beliau adalah orang yang tepat untuk menjadikanku seorang muslim.
“Pak.. permisi pak”. Sapaku setelah melihat beliau berjalan agak cepat. aku harap beliau tidak terlalu terburu-buru. Sebab, aku ingin bercerita banyak tentang keadaanku ini.
“Ya, ada apa nak?” Tanya bapak tersebut.
“Begini pak, saya ingin masuk Islam?” Kataku langsung. Langsung ke pokok permasalahannya.
“Subhanallah..” Kata bapak tersebut. Aku memang tidak tahu arti dari kata-kata tersebut. Namun, aku yakin kata-kata itu memiliki arti yang bagus. Karena, akupun sering mendengarnya selain kata “Alhamdulillah” yang sering dikatakan salah satu artis ibukota yang naik daun.
“Kalau begitu, ayo ikut bapak nak”
“Ya pak. Tapi, bapak sedang tidak sibuk bukan?” kataku meyakinkan. Takutnya aku membuatnya menjadi menelantarkan pekerjaannya yang tidak aku tahu.
“Alhamdulillah nggak nak. Ayo kita cerita di dalam Mesjid”. Ajak bapak tersebut.
Lalu, apa kau tahu apa rasanya menjejakkan kaki di mesjid. Waw... subhanallah... ini benar-benar membuat perasaanku sejuk. Sepertinya, aku betah sekali berada di mesjid ini. Aku tidak ingin keluar dari mesjid ini.
Akupun mulai bercerita tentang keadaanku, tentang mimpi shalat yang sering kualami. Juga tentang semua yang menarik perhatianku tentang Islam. Baik itu tentang wudhu yang kulakukan sebelum ini.
“Bapak tidak ingin mempengaruhimu nak. Karena, Islam bukanlah agama paksaan. Allah lah yang memberi hidayah kepadamu nak. Kalau bapak cermati, itu adalah hidayah yang jangan sampai engkau tinggalkan. Allah tel;ah menuntunmu ke jalan Islam”
“Dan, kapan saya bisa menjadi muslim sejati pak??” Kataku tidak sabar. Aku ingin segera menjadi umat muslim yang sempurna tanpa keraguan lagi.
“Insya Allah nanti malam, saya akan membantu mengislamkan kamu nak”
Begitu mendengar pernyataan tersebut, hatiku gembira bukan main. Ini adalah kebahagiaan terbesarku.
***
Malam yang kutunggu-tunggu pun hadir. Saat aku menunggu menjadi seorang muallaf. Memulai kehidupan keimanan yang baru.
“Asyhadu anla ilahailallah Wa asyhadu anna muhammadarrasulullah”Lafalku meluncurkan keislamanku. Bahwa Tiada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
Seakan langit dan bumi menyaksikan syahadatku ini, diterangi rembulan dan bintang. Akupun menjadi muslim seutuhnya. Kini, aku bisa mengucap takbir dengan lantang. Allahu Akbar!!!!.
Untuk para Muallaf yang telah mendapatkan hidayah Allah. Semoga hidayah itu selalu melekat di diri kalian. Juga untuk akhina Irsyad. Semoga cerita yang terinspirasi dari antum ini, dapat memberikan penerangan kepada yang lain.. allahu Akbar.....
assalamualaikum blogger. apa kbr nih semoga masih dalam limpahan rahmat allah yang bgt besar ya. oh iya, ane mau posting nih. cerpe ene selanjutnya. cerita ini berdasarkan ide dari saudara saya. akhina irsyad. yan memutuskan untuk memeluk islam. meskipun banyak hal yang saya tambah demi kesempurnaan cerpen ini. tinggalkan kmentar yah....
Islam. Allahu akbar
Mimpi itu telah dua kali menghampiriku. Hingga aku merasa aku mendapatkan sesuatu yang berbeda padaku. Kali ini. Yah, jelas kali ini. Ia memberikan sinyal yang cukup kuat untukku. Apa kau tahu sinyal apa itu. Bagiku, ini adalah sinyal surga yang selalu kurindukan. Selama ini, hakikat Tuhan memang tidak pernah ada di benakku. Aku bukanlah seorang muslim. Melainkan aku adalah salah satu orang yang berada diluar garis agama tersebut. Aku juga bukan atheis yang sama sekali tidak mempercayai adanya Tuhan. Tapi, satu yang kuingat dari kisah yang ada di hatiku. Yaitu, aku selalu bermimpi-bahkan telah dua kali memimpikan hal tersebut. Aku bermimpi aku sedang melakukan shalat. Yah, shalat yang selalu dilakukan oleh orang-orang Islam. Yang selalu ku klaim dengan kegiatan yang tidak berguna. Bagaimana tidak aku berpikir seperti itu. Bagiku, mereka yang melakukan shalat adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan yang hanya bisa memohon kepada Tuhan. Istilah doa, hanya kupakai saat manusia berada dalam kesulitan. Bukan setiap saat harus berdoa. Dan, aku merasa tidak perlu melakukan hal tersebut.
Pemikiranku memang tidak semata-mata benar adanya. Aku bermimpi dalam shalatku tersebut, aku memohon kepada Tuhan atas segala macam keluh kesahku. Termasuk dosa-dosaku yang telah lalu. Dimataku, terbayang semua dosa yang pernah kubuat. Entah itu tentang orang tuaku yang kini sudah tiada lagi, tentang hancurnya kehidupanku dan hal-hal buruk di masa lalu. Sungguh, aku memohon ampun kepada “Allah”-Tuhan dengan kata yang sempurna. Kalau aku mengatakan secara langsung, aku tak dapat sempurna mengatakan hal itu. Tapi, dalam mimpi tersebut, aku sangat mudah mengatakan kata Allah dalam setiap pengampunan diriku.
Jelas, aku tidak ingin memperpanjang keadaan ini. Aku pikir, ini adalah bunga tidur yang sering menghampiri banyak orang. Mimpi adalah hal biasa sebagai manusia. Mungkin saja karena aku terlalu lelah dengan kehidupan ini. Bahkan, aku merasa aku bosan dengan hidupku yang hanya seperti-seperti ini saja. Menjadi orang yang tak memiliki tujuan hidup. Hedonis dan menganggap dunia adalah segalanya.
Aku terus berjalan pelan hingga tepat berada di sebuah taman. Lalu, tiba-tiba aku berpikir tentang taman tersebut. Sangat indah sekali. bunga-bunga bermekaran diiringi udara yang sejuk. Aku yang seorang mahasiswa agroteknologi di salah satu kampus PTN di kotaku selama ini tidak pernah memikirkan hal ini. Bahkan tentang keadaan tanah yang kupijak saat ini. Tentang struktur tanah yang tersusun dari zat-zat yang luar biasa. Ataupun mungkin tentang tubuhku sendiri. lima jari tangan yang kupunya yang jika aku mekarkan akan membentuk susunan sebuah lambang yang membuat hatiku bergetar. Ya, asma yang telah kusebut dalam mimpiku. Allah. Ibu jari yang menjadi huruf pertama dan kelingking yang menjadi penghubung terakhir. Ini benar-benar membuatku terkejut.
Kulirik keadaan siang yang begitu terik ini. Amat terik menurutku. Bagaimana tidak, Indonesia adalah negara tropis yang hanya memiliki dua musim. Kalau tidak musim panas pastinya musim hujan. Dan, kali ini musim panas yang kurasakan. Aku yang terbiasa duduk diruangan ber-AC harus merasakan panasnya udara kali ini. Hitung-hitung merasakan udara yang amat jarang kurasakan ini. Namun, tiba-tiba suaraku mendengar suara yang sangat tidak asing lagi tentunya buatku. Suara melengking yang lima kali bergema dalam sehari. Suara itu seakan menarik perhatianku sejenak. itu selalu kurasakan. Rasanya, diudara yang panas ini, suara itu ibarat oasis penyejuk hati. Penghilang dahaga. Sungguh luar biasa suara itu untukku. Hingga akupun terlarut dalam suara yang indah dilantunkan dari salah satu mesjid yang tak jauh dari taman ini.
Aku ingin melangkah mendekati suara itu. Sama seperti yang dilakukan oleh orang muslim lainnya yaitu mengambil air wudhu sebelum melaksanakan shalat. pastilah amat segar bila aku juga mengambilnya. Yah, aku pikir, sekedar mengambil air wudhu walaupun aku tidak tahu cara yang benar, aku yakin mereka pasti tidak akan tahu kalau aku seorang muslim atau bukan. Yang ada dibenaku hanyalah menyegarkan tubuhku setelah merasakan panasnya matahari yang membakar tubuhku.
Maka, dengan keyakinan yang kuat, akupun melangkah menuju salah satu mesjid yang tak jauh dari taman yang sedang aku datangi ini. Sekedar menyegarkan tubuhku saja. Dengan membuka sepatu, akupun mencari kamar mandi dan mengambil air tersebut. Disana ada salah seorang yang sedang mengambil air wudhu. Aku berpura-pura tidak melihatnya, melainkan aku mencuri-curi pandang bagaimana mereka menyegarkan tubuhnya dengan air wudhu tersebut. Pertama yang kulihat adalah mereka membasuh kedua tangannya, setelah itu berkumur-kumur, membersihkan hidung, membasuh wajah mereka, menyiram siku mereka, lalu keubun-ubun, telinga dan yang terakhir adalah kaki. Dan, dari semua kegiatan itu yang aku amati semuanya berbilangan ganjil yaitu tiga. Dari mulai tangan, mereka membasuhnya tiga kali, kumur-kumur dan sampai mencuci kaki sebanyak tiga kali.
“Aku akan mencobanya. Benarkah ini bisa menyegarkan keseluruhan tubuhku.”. Ucapku dalam hati. Sambil mempraktekkan cara-cara yang kuingat. Dimulai dari tiga kali membasuh tangan, berkumur-kumur, membersihkan hidung, membasuh wajahku dan cara selanjutnya. Dan, bena, semua itu membuatku tampak begitu segar dan rileks. Aku benar-benar terkesima dengan cara ini.
“Ayo nak, sudah dimulai shalatnya” Ajak salah seorang yang baru saja masuk ke kamar mandi.
Aku bingung. Apakah aku harus ikut shalat dengannya. Atau aku mencari cara lain untukn kabur. Aku benar-benar tidak tahu.
“Ya pak” Kataku mengiyakan sambil membawa perasaan was-wasku. Bagaimanapun, aku bukanlah seorang muslim. Kalau bisa dibilang, ini adalah masa penjajakanku sebelum aku memutuskan menjadi seorang muslim.
Begitu kulihat bapak tersebut masuk kedalam kamar mandi, akupun segera mengambil sepatuku dan berlari kabur. Membawa air wudhu yang menyegarkan ini. Mungkin, ini bukanlah air wudhu yang sebenarnya, karena semuanya pasti ada doanya. Dan, air wudhu yang aku ambil ini bukanlah air wudhu yang mengandung doa. Tapi, ini cukup mengesankan buatku.
***
Malam-malam berikutnya aku kembali mengalami mimpi yang sama. Aku kembali melakukan shalat. rasanya, setelah aku mengambil air wudhu, aku ikut shalat di sebuah mesjid yang megah. Bertuliskan kaligrafi yang amat indah. Mengerjakan shalat disana, sekaligus mendapat pencerahan. Memandangi bulan dan bintang yang indah serta cahaya malam dari sebuah kilatan cahaya yang membentuk kata “Allah” dalam tulisan arab. Jelas ini membuatku harus berpikir kembali. Bahwa mimpiku selama ini bukanlah main-main adanya. Mungkin, ini adalah hidayah yang sering dikatakan orang.
Aku tak bisa tidur lagi setelah bermimpi hal tersebut. Semua rasa kantukku hilang setelah aku merenung akan mimpi tersebut. Dan, apa kau tahu rasanya??. Rasanya, aku ingin segera mengatakan bahwa aku meyakini Allah sebagai Tuhanku. Maka, dipagi yang begitu buta ini, aku memutuskan untuk pergi ke sebuah mesjid. Menemui salah satu ulama yang bisa menjadikanku seorang muslim.
Aku menunggu di dalam mobilku sampai jamaah shalat shubuh tersebut selesai. Maka, begitu para jamaah pulang, aku segera turun dari mobilku dan menemui salah seorang jamaah yang aku yakin bahwa beliau adalah orang yang tepat untuk menjadikanku seorang muslim.
“Pak.. permisi pak”. Sapaku setelah melihat beliau berjalan agak cepat. aku harap beliau tidak terlalu terburu-buru. Sebab, aku ingin bercerita banyak tentang keadaanku ini.
“Ya, ada apa nak?” Tanya bapak tersebut.
“Begini pak, saya ingin masuk Islam?” Kataku langsung. Langsung ke pokok permasalahannya.
“Subhanallah..” Kata bapak tersebut. Aku memang tidak tahu arti dari kata-kata tersebut. Namun, aku yakin kata-kata itu memiliki arti yang bagus. Karena, akupun sering mendengarnya selain kata “Alhamdulillah” yang sering dikatakan salah satu artis ibukota yang naik daun.
“Kalau begitu, ayo ikut bapak nak”
“Ya pak. Tapi, bapak sedang tidak sibuk bukan?” kataku meyakinkan. Takutnya aku membuatnya menjadi menelantarkan pekerjaannya yang tidak aku tahu.
“Alhamdulillah nggak nak. Ayo kita cerita di dalam Mesjid”. Ajak bapak tersebut.
Lalu, apa kau tahu apa rasanya menjejakkan kaki di mesjid. Waw... subhanallah... ini benar-benar membuat perasaanku sejuk. Sepertinya, aku betah sekali berada di mesjid ini. Aku tidak ingin keluar dari mesjid ini.
Akupun mulai bercerita tentang keadaanku, tentang mimpi shalat yang sering kualami. Juga tentang semua yang menarik perhatianku tentang Islam. Baik itu tentang wudhu yang kulakukan sebelum ini.
“Bapak tidak ingin mempengaruhimu nak. Karena, Islam bukanlah agama paksaan. Allah lah yang memberi hidayah kepadamu nak. Kalau bapak cermati, itu adalah hidayah yang jangan sampai engkau tinggalkan. Allah tel;ah menuntunmu ke jalan Islam”
“Dan, kapan saya bisa menjadi muslim sejati pak??” Kataku tidak sabar. Aku ingin segera menjadi umat muslim yang sempurna tanpa keraguan lagi.
“Insya Allah nanti malam, saya akan membantu mengislamkan kamu nak”
Begitu mendengar pernyataan tersebut, hatiku gembira bukan main. Ini adalah kebahagiaan terbesarku.
***
Malam yang kutunggu-tunggu pun hadir. Saat aku menunggu menjadi seorang muallaf. Memulai kehidupan keimanan yang baru.
“Asyhadu anla ilahailallah Wa asyhadu anna muhammadarrasulullah”Lafalku meluncurkan keislamanku. Bahwa Tiada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
Seakan langit dan bumi menyaksikan syahadatku ini, diterangi rembulan dan bintang. Akupun menjadi muslim seutuhnya. Kini, aku bisa mengucap takbir dengan lantang. Allahu Akbar!!!!.
Untuk para Muallaf yang telah mendapatkan hidayah Allah. Semoga hidayah itu selalu melekat di diri kalian. Juga untuk akhina Irsyad. Semoga cerita yang terinspirasi dari antum ini, dapat memberikan penerangan kepada yang lain.. allahu Akbar.....